Jumat, 19 Agustus 2005

Persaingan Usaha: Berebut Kue Bernama Pembeli

Persaingan Usaha
BEREBUT KUE BERNAMA PEMBELI
Oleh Hermas E Prabowo
Ada pemandangan mengejutkan begitu masuk departmen store di Lantai I Pusat Perbelanjaan D'Best di Cikokol, Tangerang pada Minggu (7/8) siang lalu. Khusus di counter pakaian kerja, terpampang harga diskon gila-gilaan dari 50-70 persen. Ada apa pengusaha mau memberi diskon besar-besaran seperti itu?

Sebagai gambaran, celana kerja wanita berbahan halus yang harga resminya Rp 132.000, bisa dibawa pulang hanya dengan membayar Rp 39.600. Begitu pula rok kerja seharga Rp 115.000 setelah didiskon 70 persen menjadi Rp 34.500.

"Besok D'Best mau tutup, Mas," kata seorang sales promotion girl (SPG) yang menjaga counter pakaian kerja itu. Wanita berambut sepunggung itu terlihat sedih. Hingga hari Minggu itu, ia belum tahu bagaimana kelanjutan nasibnya: akan dipekerjakan kembali atau diberhentikan begitu saja.

"Ada dua pilihan, saya ditempatkan di mal lain atau diberhentikan. Sampai sekarang belum ada jawaban," katanya.

Counter pakaian kerja di Departemen Store D'Best hanya sebagai tenant. Karena itu, begitu D'Best tutup ia harus mencari lokasi baru yang bisa disewa. Di tengah "perang" antarpusat perbelanjaan di Tangerang yang begitu ketat sekarang ini, tentu tidak akan sulit mencari tempat baru untuk berjualan. Persoalannya, harga sewanya terjangkau atau tidak.

Keluhan dan kebingungan yang sama juga diungkapkan SPG di counter perlengkapan bayi dan anak-anak. "Belum tahu juga mau kerja di mana, abis cari kerjaan sekarang sulit," katanya.

Berbeda dengan nasib dua wanita itu, Hendra, karyawan D'Best khusus Swalayan bagian daging sedikit lebih lega. Bersama istrinya, Nova, yang juga karyawan di D'Best mereka menurut rencana dipekerjakan di Pusat Perbelanjaan D'Best baru yang bakal buka di Yogyakarta menjelang Hari Raya Idul Fitri mendatang.

Namun, bagaimana dengan lingkungan sosial yang sudah mereka akrabi selama ini di Kampung Sembung, Cikokol?

"Kami memilih lebih baik terus bekerja, meski di tempat baru sekalipun," tegas Hendra. Bambang, teman Hendra juga mengamini. "Sebelum dipindah ke Yogyakarta, kami siap untuk bantu- bantu mengepak barang-barang di toko," katanya.

Strategi bisnis
Mulai 8 Agustus 2005, D'Best resmi ditutup. Lokasi dan gedung pusat perbelanjaan itu akan disewakan untuk peritel raksasa skala internasional, Carrefour. Hak pengelolaan gedung tetap berada pada D'Best karena hanya tempatnya saja yang disewakan.

Pada penutupan D'Best, yang merupakan pusat belanja yang terkenal di Tangerang era tahun 1990-an itu, ada yang menarik untuk diungkapkan.

Benarkah penutupan pusat perbelanjaan dan swalayan D'Best berarti pula simbol kekalahan manajemen D'Best dalam berebut kue bernama pembeli di wilayah Tangerang?

Tidak semudah itu menyimpulkannya. Kalau dibilang bangkrut, saat ini D'Best justru tengah memperluas sayap bisnisnya dengan membangun pusat belanja di Manado dan Yogyakarta. Bangkrut barangkali tidak, tetapi kalah bersaing bisa saja terjadi.

Dengan menutup swalayan dan departemen store serta mengundang Carrefour masuk dalam kancah bisnis, diharapkan tentu akan mendongkrak citra D'Best sebagai pusat belanja yang lebih elite. Paling tidak, keberadaan Carrefour dapat mengantisipasi persaingan bisnis dengan Serpong Town Square yang sebentar lagi rampung pembangunannya.

Belum lagi gempuran dari Giant di Jalan Merdeka serta Merdeka Town Square, yang tentu akan semakin meramaikan persaingan. Selain menggandeng Carrefour, D'Best juga mengajak Ramayana.

Akses ditutup
Bila dicermati, turunnya pamor D'Best sangat terasa pascapenutupan U turn (tempat berbalik arah membentuk huruf U) yang sebelumnya persis berada di Jalan MH Thamrin di depan D'Best dan bergeser sekitar 50 meter ke arah fly over Cikokol. Bila pada U turn sebelumnya mobil dari arah Jakarta atau Tangerang bisa memutar arah di sana untuk ngedrop penumpang yang mau ke D'Best, setelah ditutup praktis tidak bisa lagi.

Di tengah penutupan akses masuk ke D'Best, di Jalan Raya Serpong muncul WTC Matahari. Pada awal pembukaannya, hypermart di WTC Matahari itu bahkan dibuka hingga pukul 23.00 dengan mengobral hadiah- hadiah menarik. Pada saat hampir bersamaan, Toko Buku Gramedia juga hengkang dari D'Best.

Di Modern Land juga dibangun Mal Metropolis. Masih belum cukup hantaman untuk D'Best, U turn yang memberi akses ke D'Best ditutup total sekitar dua bulan lalu. Orang yang akan masuk ke D'Best menjadi malas dan memilih Mal Metropolis. Itu yang dari arah barat. Sedangkan dari timur, sudah dihadang WTC Matahari, Plaza Serpong, dan Serpong Town Square. Mengandalkan pembeli dari sekitar D'Best sangat tidak mungkin karena yang ada hanya perkampungan dan perumahan yang kecil. Praktis D'Best tak bisa lagi berkutik.

Yang juga tak kalah memberi momok bagi perkembangan bisnis di Tangerang mendatang adalah kehadiran ITC BSD dan Serpong Town Square.

Dalam waktu dekat dua pusat perbelanjaan itu dipastikan akan berkibar di Tangerang.

Public Service General Manager BSD City Dhony Rahajoe mengatakan, sebagai kawasan emas, daerah Serpong mulai dari Jalan Tol Jakarta-Merak hingga Tol BSD menyimpan potensi luar biasa. Karena itu, BSD City berani mengembangkan pusat perbelanjaan untuk turut bersaing.

Posisi strategis kawasan Serpong terlihat dari empat penjuru. Di sebelah utara pembeli datang dari Kota Tangerang, arah Pamulang, Jakarta yang datang masuk lewat akses Tol BSD.

Melihat potensi itu, tidak berlebihan bila Jalan Raya Serpong merupakan koridor emasnya Kabupaten Tangerang saat ini. Pemerintah Kabupaten Tangerang sendiri bahkan memimpikan kawasan itu menjadi Orchard Road-nya Kabupaten Tangerang.

Strategisnya kawasan Serpong bisa dilihat dari saat pembukaan Carrefour bulan Mei lalu. Pada masa-masa awal pembukaannya, pengunjung Carrefour sekitar 11.000 tiap hari dengan omzet miliaran. Selain itu occupationrates dalam tempo tiga bulan mencapai 70 persen. Sebuah pertumbuhan yang fantastis tentunya. "Ini kayak bayi ajaib saja," kata Dhony.

Carrefour yang berada di ITC BSD City memiliki luas 14.000 meter persegi, sedangkan ITC mencapai 100.000. Sementara penghuni BSD hingga tahun 2005 ini sudah mencapai 16.000 keluarga, yang tentu berpotensi bagi pertumbuhan pusat perbelanjaan di sana. Sebagai pemodal besar dalam dunia properti, BSD City tentunya memiliki strategi jitu termasuk potensi pembeli yang datang dari wilayah perumahan sendiri.

Sekarang ini di wilayah Tangerang bukan cuma BSD City dan D'Best yang meramaikan perebutan kue pembeli. Di sana ada juga WTC Matahari, Alfa, Giant, Ramayana, Mal Metropolis, Mal Cimone, Plaza Serpong, dan sebentar lagi Serpong Town Square, serta Merdeka Town Square.

Semua pusat perbelanjaan itu tentu menginginkan pembeli yang datang sebanyak-banyaknya.

Kawasan Serpong, mulai dari Jalan Tol Jakarta-Merak hingga Tol BSD, menyimpan potensi luar biasa.

Pusat perbelanjaan di Tangerang sekarang tumbuh subur. Maraknya pusat perbelanjaan itu membuat persaingan antara para pengelola untuk berebut konsumen semakin ketat. Sejak Agustus lalu, Pusat Perbelanjaan D'Best tutup. Rencananya di tempat yang sama akan dibuka Carrefour pada November mendatang.
Sumber: Harian KOMPAS, 19 Agustus 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar