Senin, 27 November 2000

Menghapus Trauma, Menggairahkan Ekonomi

TRAUMA kerusuhan Mei 1998 yang menelan ratusan korban jiwa belum hilang dari ingatan. Warga Kebon Singkong, Kampung Bulak, Kampung Sumur, Pengarengan di kawasan Klender, Jakarta Timur masih sering dihantui rasa takut setiap kali melintas di depan Central Klender Plaza di Jl. I Gusti Ngurah Rai.

"Saya masih suka serem kalau lewat di situ malam hari," kata Arifin, seorang sopir bajaj.

Bisa dimaklumi, Central Klender Plaza atau waktu itu lebih dikenal sebagai "Yogya Plaza" ialah salah satu korban kerusuhan Mei 1998 yang termasuk banyak menelan korban jiwa. "Sekitar 117 orang tewas di sana," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kota Madya Jakarta Timur H Rusli Kahar. Masyarakat sekitar memperkirakan jumlah korban tampaknya bisa lebih banyak, karena saat itu ada keluarga korban yang enggan melaporkan anggota keluarganya hilang.

Para korban yang terjebak asap dan api di dalam satu-satunya gedung pertokoan di kawasan Klender itu pada umumnya adalah warga sekitarnya. Serta para pemulung atau anak jalanan yang saat itu berusaha memanfaatkan situasi rusuh untuk mengambil barang-barang yang ada di dalam toko dan pasar swalayan.

***

DI tengah trauma masyarakat seperti itu, PT Jakarta Intiland mengambil alih kepemilikan dan memberanikan diri membangun kembali puing-puing kehancuran pusat pertokoan itu. Bahkan, menurut rencana Mal Citra--nama baru pusat belanja itu--akan dibuka secara resmi oleh Wali Kota Jakarta Timur Andi Mappaganti, Rabu (29/11).

Menurut Kabag Humas Kodya Jakarta Timur Rusli Kahar, Andi Mappaganti menaruh harapannya pada pengelola Mal Citra untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya. Harapan itu tidak berlebihan mengingat dari puluhan gedung di Jakarta Timur yang terbakar pada kerusuhan Mei dua setengah tahun lalu, baru ada dua yang kini sudah kembali beroperasi, kendati skalanya menjadi lebih kecil. Keduanya adalah Pasar Swalayan Tomang Tol dan Hero Kalimalang.

Sedangkan puluhan bangunan lain di sepanjang Kalimalang sampai saat ini masih dibiarkan saja oleh pemiliknya. Demikian juga Pertokoan Artomoro, Terminal Arto di Pegambiran Rawamangun, pertokoan Pulo Mas, dan Hero Pondok Kopi, serta sejumlah gedung pertokoan lainnya.

Hero Kalimalang, misalnya, walaupun sudah beberapa bulan dioperasikan tetapi belum dapat menggairahkan pertumbuhan sektor informal di sekitarnya seperti pada masa sebelum kerusuhan.

Maka, wajar kalau Mal Citra yang menempati lokasi bekas Central Klender Plaza itu menjadi tumpuan harapan Andi Mappaganti, untuk menggairahkan kondisi perekonomian di sana. Setidaknya, para penyewa yang akan menempati lima lantai dengan luas bangunan 21.500 meter persegi itu kini sudah menyerap 1.500 orang tenaga kerja, 700 orang di antaranya direkrut dari warga sekitar, keluarga korban kerusuhan, dan para penganggur dari daerah tawuran Matraman.

Itu baru tenagal formal seperti pelayan toko atau sales promotion girl/boy, petugas satuan pengaman, juru parkir, staf administrasi, dan pegawai-pegawai formal lainnya. "Cukup banyak pedaegang kecil yang akan bisa dipacu dan diberi ruang oleh kehadiran pertokoan ini," kata Richard Santoso dari PT Ramayana Lestari Sentosa yang akan menjadi menempati tiga lantai seluas 8.747 meter persegi di Mal Citra.

Richard menyebutkan, ia berkeliling ke kampung-kampung di sekitar Mal Citra untuk memahami trauma masyarakatnya. Ia melihat, ratusan keluarga yang semula berdagang kecil-kecilan untuk para sopir bajaj, pengojek, dan pelayan toko, kini pas-pasan. Mereka berharap beroperasinya Mal Citra akan memberikan "napas baru". Richard memperkirakan lebih 500 orang akan tertampung di sektor informal yang melengkapi kawasan pusat pertokoan itu. (msh)
Sumber: Harian KOMPAS, 27 November 2000, dengan catat perubahan