BANDUNG, (PR).- Menjelang dibukanya ruas tol "Padalarang By-pass" (Tol Padalarang-Cikamuning) untuk umum, Minggu (21/9) pukul 24.00 WIB, sejumlah petugas PT Jasa Marga Cabang Padalarang-Cileunyi (Padaleunyi) tampak sedang melakukan berbagai persiapan.
SEORANG petugas tengah mengerjakan pembuatan petunjuk arah sebelum dipasang di sekitar gerbang tol Padalarang Barat, Sabtu (20/9). Penggunaan jalan tol Padalarang - Cikamuning ini menurut rencananya akan di resmikan pada hari ini, pukul 24.00 WIB.*AGUS ARDJITO/"PR"
Berdasarkan pantauan "PR" di lapangan, sejumlah petugas terlihat sedang membersihkan debu dan batu kerikil yang berada di ruas jalan tol sepanjang 6 km. Petugas lainnya tampak sedang membuat marka jalan dan memasang rambu-rambu lalu lintas. Penerangan jalan umum (PJU) sudah menyala. Sementara itu, di persimpangan tol Cikamuning dengan jalan raya Bandung-Purwakarta sedang dipasang traffic light untuk memperlancar arus lalu lintas yang keluar dan masuk jalan tol.
"Upacara" pembukaan "Padalarang By-pass" akan diselenggarakan, Minggu (21/9) pukul 20.00 WIB. Sebelumnya, pada pagi hari hingga sore akan diadakan lomba sepeda santai dan kegiatan menghibur lainnya.
Kepala PT Jasa Marga Cabang Padaleunyi, Ir. A. Tito Karim mengatakan meskipun pembangunan jalan tol Padalarang-Cikamuning sepanjang 6 km telah menghabiskan dana sebanyak Rp 190 miliar, pihaknya belum mengenakan tarif.
"Kita masih menunggu keputusan presiden (keppres) tentang besarnya tarif dan kapan akan diberlakukannya. Kita mengusulkan tarifnya Rp 300,00/km atau Rp 2.000,00 dari Padalarang ke Cikamuning," ujarnya.
Pihaknya berharap dibukanya "Padalarang By-pass" akan mengurangi beban jalan di sekitar daerah Tagog Apu. Selama ini, puluhan ribu kendaraan yang keluar dari gerbang tol Padalarang (gerbang tol lama) selalu terjebak kemacetan di daerah tersebut.
Ditambahkan, "Padalarang By-pass" sepanjang 6 km merupakan bagian dari ruas tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang). Begitu pula dengan ruas tol Cikampek-Sadang sepanjang 12 km yang sudah dibuka untuk umum beberapa waktu lalu.
"Dengan dibukanya kedua jalan tol tersebut, sebenarnya akan menghemat waktu perjalanan Bandung-Jakarta sebanyak 30 menit hingga 1 jam. Namun, hal itu sangat bergantung pada arus lalu lintas di jalan raya Bandung-Purwakarta, terutama antara Cikamuning-Sadang," jelasnya.
Berkurang 40%
Sementara itu, Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Bandung, AKBP Drs. Eko Hadi Sutejo, S.H., M.Si., memprediksikan dengan dioperasikannya jalan tol Padalarang-Cikamuning sepanjang 5,54 km, di Desa Tagogapu dan Bojong Koneng, kemacetan lalu lintas di ruas Jalan Raya Padalarang akan mengalami penurunan hingga 40%. "Penurunan volume kendaraan tersebut merupakan kendaraan dari dua arah dari Purwakarta menuju Bandung atau sebaliknya hingga 40% lebih," ujar kapolres didampingi Kasatlantas Polres Bandung, AKP Sadiman, seusai acara Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kasat Reskrim Polres Bandung dari AKP Umar S. Fana, S.H., S.Ik., kepada AKP Slamet Urlandi, S.H., S.Ik., bertempat di Mapolres Bandung, Sabtu (20/9).
Dikatakan kapolres, prediksi berkurangnya volume kendaraan yang masuk di ruas Jalan Raya Padalarang didasarkan pada jumlah kendaraan yang masuk ke Bandung dan Cimahi dari arah Purwakarta. Di mana setiap jamnya, tidak kurang dari 2.000 unit kendaraan dari arah Purwakarta menuju Bandung atau sebaliknya melewati ruas Jalan Raya Padalarang.
"Hal tersebut berdasarkan pantauan pada hari-hari biasa. Kalau memasuki akhir pekan, mulai dari Jumat malam hingga Minggu malam, volume kendaraan dapat mencapai dua kali lipat," ujarnya.
Padahal, berdasarkan hasil kajian instansi terkait, dalam hal ini Dinas Perhubungan dan Jasa Marga, kapasitas Jalan Raya Padalarang hanya untuk sekira 600 unit setiap jamnya. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab menumpuknya kendaraan hingga mengakibatkan kemacetan di jalur Padalarang.
Selain lebar ruas jalan yang sangat terbatas, faktor lain yang juga merupakan penyebab kemacetan di sekitar Padalarang, terutama kawasan Tagog, adalah masih banyaknya kendaraan tradisional, seperti pedati dan becak. Belum lagi jumlah kendaraan umum yang pada jam-jam tertentu berhenti di beberapa titik, seperti Pasar Tagog dan pertigaan Jalan Tagor-Padalarang, serta di kawasan Stasiun Kereta Api Padalarang.
Lebih jauh dikatakan kapolres, selama ini isu kemacetan lalu lintas Padalarang telah menjadi isu besar di masyarakat yang oleh Mabes Polri dijadikan sebagai masalah nasional. "Bahkan, secara khusus setiap hari besar, jalur Padalarang dilakukan pengawasan, pengamanan, dan pengaturan secara khusus," ujarnya.
Sementara itu, mengenai kemungkinan timbulnya perpindahan kemacetan dari akses pintu tol Padalarang ke pintu tol "sementara" Cikamuning, sejauh ini jajaran Lantas Polres Bandung masih akan melakukan pemantauan yang akan dikaji setiap minggunya. Meski demikian, pihaknya telah melakukan konsolidasi dengan pihak terkait. "Namun, kami akan melakukan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kemacetan di pertigaan Jalan Raya Tagogapu-Cikamuning tersebut," ujarnya.
Walau demikian, pihaknya akan mengupayakan normalisasi arus lalu lintas di jalur itu. Dengan harapan, dalam masa uji coba tersebut tidak terjadi kemacetan maupun hambatan bagi pengguna jalan.
Kapolres menyebutkan, untuk mewujudkan tujuan itu, pihaknya perlu bekerja sama dengan sejumlah instansi terkait, yang dalam hal ini Dinas Perhubungan Kab. Bandung dan Jasa Marga selaku pengelola jalan tol. "Dengan demikian, penanganan kemacetan lalu lintas dan pengamanan di sana dilakukan secara komprehensif oleh tiga instansi terkait tersebut," ujarnya.
Dikatakan kapolres, kemacetan yang kerap terjadi di ruas Jalan Raya Padalarang telah memberi dampak cukup besar dari segi sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal itu bisa dilihat dari jumlah arus lalu lintas yang melewati jalur Padalarang setiap harinya yang mencapai 25.000 sampai 30.000 kendaraan. Sementara itu, untuk hari libur dan akhir pekan, bahkan meningkat sampai dua kali lipat.
Menurut dia, kerugian dialami masyarakat di kawasan macet itu cukup banyak. Di samping itu, kemungkinan muncul peluang gangguan kriminalitas lebih besar hingga membuat masyarakat setempat kurang merasa aman.
Mengenai upaya pihak Jasa Marga melakukan perlebaran jalan arteri selepas gerbang tol selebar 1,5 meter sehingga dapat dilewati dua lajur kendaraan, dikatakan kapolres secara langsung dapat mengurangi tingkat kemacetan. "Bahkan, dengan dipasangnya traffic light selain mengurangi kemacetan juga menghindari timbulnya kecelakaan di kawasan tersebut," ujar kapolres seraya menambahkan untuk menghindari timbulnya kemacetan akibat kendaraan yang mogok atau mengalami kemacetan pihak Jasa Marga menyediakan derek gratis, seperti di beberapa pintu tol lain. (A-87/A-115)***
Sumber: Harian Pikiran Rakyat, 21 September 2003