Jumat, 19 November 1999

Dewi Gita Berdo'a Sampai Menangis

Dewi Gita Berdo'a sampai Menagis
Setiap manusia pasti pernah mengalami berbagai cobaan. Selanjutnya, bagaimana dia sanggup menghadapi cobaan tersebut. Pengalaman pahit seperti ini sempat pula dialami artis mungil Dewi Gita. Istri dari Armand Maulana ini sempat kelimpungan menghadapi rintangan yang akan memporak-porandakan rumah tangganya.

''Saya sampai menangis sesegukan memohon tobat kepada Allah agar dijauhkan dari cobaan ini. Sekalian, saya mohon diberikan petunjuk dan dikuatkan dalam menghadapi rintangan,'' tutur si bungsu dari lima bersaudara ini kepada Republika. Karena doa yang sungguh-sungguh itulah, Dewi yakin doanya dikabulkan. Dan sekarang, tuturnya sumringah, badai yang sempat menggoyang kehidupan rumah tangganya telah berlalu. Kita masih tetap langgeng tuh.

Secara pasti, pelantun lagu 'Penari' ini enggan melontarkan masalah beratnya itu. Yang jelas, kata artis kelahiran Bandung, 28 Juli 1970 ini, ada seseorang yang memfitnahnya. Padahal, Dewi yakin sekali kalau dirinya tidak pernah menyakiti si pemitnah tersebut. Yah...namanya juga cobaan. Tapi Alhamdulillah semuanya tuntas, tambahnya sembari tertawa renyah.

Dalam keseharian, bintang iklan sebuah sabun mandi ini mengaku sangat sensitif. Bahkan, Dewi sering kepikiran kalau sudah salah ucap. Aduh orang itu kesinggung nggak yah dengan kata-kata saya, pikiran itu seringkali terlintas di benaknya. Kalau sudah bingung begitu, artis sekaligus penari ini, tidak ada jalan lain, kecuali menghadap Allah. ''Saya langsung shalat tobat kepada Allah,'' ujar artis yang sudah berkali-kali khatam Quran ini.

Sebenarnya wajar saja, kalau Dewi sering melakukan khatam Quran. Karena sejak bocah, dia sudah digembleng habis oleh neneknya dalam menuntut ilmu Quran. Nenek saya galak loh. Dia juga tega memukul cucu-cucunya kalau salah membaca Quran, papar Dewi mengenang neneknya yang kini telah tiada. Masa
lalu yang 'kelam' itu, tidak membuat Dewi sedih. Malah sebaliknya mendatangkan berkah. Buktinya, sekarang artis jebolan akademi seni tari di Bandung ini sangat lancar dan fasih membaca Quran.

Dewi juga nyaris akan menekuni seni membaca Quran. Tapi sayangnya, sejak awal pemilik wajah bulat ini terlanjur trauma. Masa syaratnya harus minum air jeruk lewat hidung. Alasannya, kata adik ipar artis Nita Tilana ini, biar tenggorokannya bersih. Tapi kan serem. Makanya, nggak jadi aja deh.

Saat dihubungi Republika, artis yang belum dikaruniai momongan ini sedang ditinggal pergi suaminya, Arman Maulana. Personel Gigi Band ini sedang tour ke Malaysia. Beruntung, kedua orangtua Dewi yang tinggal di Bandung datang menemani kesendiriannya. Jadi nggak kesepian lagi.

Mengenai kesehatan kakak iparnya, Nita Tilana, artis yang sempat terjun di Yayasan Peduli AIDS ini, sangat terpukul. Kakak dari Arman Maulana ini dikabarkan menderita kanker leher rahim stadium tiga. Namun, Dewi mengelak bahwa penyakit itu sudah pasti kanker. Penyakitnya belum pasti kok. Makanya, sekarang ini Teh Nita dengan suaminya lagi chek-up ke Singapura. Semoga dia tabah dengan cobaan ini, ungkapnya dengan nada sendu.
Sumber: Koran Republika, Jumat, 19 November 1999

Senin, 25 Oktober 1999

Saat Menikah, Nita Tilana Masih Sakit

Saat Menikah, Nita Tilana Masih Sakit
Unggul Wirawan
SEDERHANA- Artis Nita Tilana dan pasangannya Achmad Ruly Kusumawijaya melangsungkan pernikahan dengan adat Sunda secara sederhana, Sabtu (23/10) siang di Perumahan Persada Kemala, Bekasi Barat.
JAKARTA - Walaupun perkenalan kedua insan ini berlangsung relatif singkat, pasangan Nita Tilana dan Ruly sepakat untuk mengikat janji pernikahan. Acara pernikahan yang sederhana berlangsung Sabtu (23/10) siang di sebuah rumah Perumahan Persada Kemala, Bekasi Barat.
Dihadiri para kerabat dekat dan sekitar 100 undangan, acara tetap meriah karena kehadiran artis yang turut menyumbangkan lagu. Tampak beberapa rekan-rekan artis Nita seperti Rita Effendy, Harvey Malaiholo, Trie Utami, Rebecca Tumewu, Inggrid Widjarnako dan Robby Tumewu.
Perkenalan Nita yang lahir di Bandung 8 Oktober 1967 dengan Ruly yang kelahiran Bogor 23 Januari 1970 ini berawal dari pertemuan saat makan di Fashion Cafe Jakarta. Atas jasa seorang rekan bernama Samuel, mereka dapat menjalin hubungan dengan lebih akrab. Meskipun tak dapat mengingat kapan tepatnya, peristiwa perkenalan tersebut berlangsung pada tahun 1999 ini.
"Ketemunya di Fashion Cafe, pada suatu acara lalu saya diperkenalkan. Selanjutnya, mulai dari sana, saya telepon, ketemu dan nonton bersama," ujar Ruly yang punya nama lengkap Achmad Ruly Kusumawijaya. Walaupun usia mereka terpaut 3 tahun, Ruly mengatakan tidak pernah berselisih dan hubungan mereka berjalan "akur-akur" saja. Setelah masa penjajakan selama seminggu, tiga bulan kemudian keduanya merencanakan untuk menikah.
Anugerah
Sementara Nita yang pada saat pernikahan sedang sakit merasa sangat bahagia dengan pernikahan ini. "Terima kasih pada Allah SWT, telah dipertemukan dengan jodoh saya. Perkawinan ini adalah anugerah buat saya," ujar Nita mengucap syukur. Baik Nita maupun Ruly sepakat untuk menunda acara bulan madu dan mempunyai anak. Hal ini disebabkan kesehatan Nita belum baik.
Bahkan pada saat pernikahan, Nita hanya duduk di pelaminan. Menurut Ruly, Nita sedang menjalani perawatan jalan di RS Tebet dan sedang menunggu hasil diagnosa dokter.
Menyinggung pernikahan yang tetap diadakan meskipun sedang sakit, Nita menjelaskan, "Rencananya sejak tiga bulan lalu, tapi pas sebulan saya sakit. Oleh karena itu, saya tidak mengundang banyak orang." Nita beralasan dengan menikah sekarang, ia berharap segalanya akan lebih bagus karena baginya pernikahan adalah salah satu ibadah.
"Sakitnya belum jelas, belum ada vonis yang tepat dari dokter. Tapi yang pasti di ginjal ada abses, yang menurut dokter sudah stadium III, " kata Arman Maulana, sang adik. Keadaan Nita yang kurang baik ini baru berlangsung belakangan ini sehingga eksesnya Nita tidak dapat berjalan. Namun Arman tetap berharap setelah pernikahan ini, Nita dapat segera punya "momongan".
Dewi Gita yang turut hadir dalam acara tersebut juga mengungkapkan rasa prihatinnya. "Mudah-mudahan ini bukan kebahagiaan yang terakhir buat dia. Ini adalah awal kebahagiaan dan mudah-mudahan dengan perkawinan ini ada hikmahnya, mungkin tiba-tiba sakitnya sembuh," tutur Dewi berharap.
Sehubungan dengan kerabat mempelai pria yang sebagian berada di Jepang, Ruly belum memastikan rencananya untuk mengajak Nita ke Jepang. "Saya belum punya rencana kapan, mungkin di sana hanya acara makan-makan saja," katanya.
(UW/W-9)


Last modified: 10/25/99
Sumber: Harian Suara Pembaruan, 25 Oktober 1999

Senin, 12 Juli 1999

Investor Perancis Masuki Eceran

Jakarta, Kompas - Kelompok usaha Promodes dari Perancis, telah masuk ke Jakarta melalui bisnis eceran yang menjual berbagai produk kebutuhan keluarga.

Dengan menggunakan nama Continent, Promodes telah menanam modal antara 4 juta dollar AS hingga 5 juta dollar AS untuk setiap pembukaan pasar swalayan.

Pasar swalayan yang telah ada, Continent Pasar Festival (Kuningan), dan Continent Megamal Pluit Jakarta. Sedangkan Continent Cempaka Mas (Jl Suprapto) baru akan dibuka Rabu (14/7).

Berbicara kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (10/7), Direktur Promodes, Jean Marc Pueyo, menyebutkan barang dagangan yang dijual Continent harus murah. Bahkan harus yang termurah menurut harga pasar yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. "Segalanya kami lakukan demi keuntungan konsumen," katanya.

Promodes adalah sebuah kelompok distribusi yang berkedudukan di Normandi, Perancis dan didirikan tahun 1961 oleh Paul-Auguste Halley.

Pasar swalayan pertama dibuka tahun 1962 sedangkan hipermarket tahun 1970. Continent juga telah ada di Spanyol sejak tahun 1976, Italia tahun 1987, dan Yunani sejak tahun 1996.

"Sejak tahun 1979, Promodes telah terdaftar di Bursa Efek Paris Perancis," kata Pueyo. Pihaknya, ujar Pueyo, ingin menjadi salah satu pemuka bisnis di bidang ritel makanan di Indonesia. Di Indonesia, bisnis eceran Continent dikelola PT Contimas Utama Indonesia.

Pasar swalayan Continent juga memiliki konsep unik, yakni konsumen bisa mendapatkan kembali uang lebih, jika di tempat lain ditemukan barang yang sama, tetapi berharga lebih murah. (gun)
Sumber: Harian KOMPAS, 12 Juli 1999, dengan catat perubahan