TRAUMA
kerusuhan Mei 1998 yang menelan ratusan korban jiwa belum hilang dari ingatan.
Warga Kebon Singkong, Kampung Bulak, Kampung Sumur, Pengarengan di kawasan
Klender, Jakarta Timur masih sering dihantui rasa takut setiap kali melintas di
depan Central Klender Plaza di Jl. I Gusti Ngurah Rai.
"Saya
masih suka serem kalau lewat di situ malam hari," kata Arifin, seorang
sopir bajaj.
Bisa
dimaklumi, Central Klender Plaza atau waktu itu lebih dikenal sebagai
"Yogya Plaza" ialah salah satu korban kerusuhan Mei 1998 yang
termasuk banyak menelan korban jiwa. "Sekitar 117 orang tewas di
sana," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kota Madya Jakarta Timur H
Rusli Kahar. Masyarakat sekitar memperkirakan jumlah korban tampaknya bisa
lebih banyak, karena saat itu ada keluarga korban yang enggan melaporkan
anggota keluarganya hilang.
Para
korban yang terjebak asap dan api di dalam satu-satunya gedung pertokoan di
kawasan Klender itu pada umumnya adalah warga sekitarnya. Serta para pemulung
atau anak jalanan yang saat itu berusaha memanfaatkan situasi rusuh untuk
mengambil barang-barang yang ada di dalam toko dan pasar swalayan.
***
DI
tengah trauma masyarakat seperti itu, PT Jakarta Intiland mengambil alih
kepemilikan dan memberanikan diri membangun kembali puing-puing kehancuran
pusat pertokoan itu. Bahkan, menurut rencana Mal Citra--nama baru pusat belanja
itu--akan dibuka secara resmi oleh Wali Kota Jakarta Timur Andi Mappaganti,
Rabu (29/11).
Menurut
Kabag Humas Kodya Jakarta Timur Rusli Kahar, Andi Mappaganti menaruh harapannya
pada pengelola Mal Citra untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya.
Harapan itu tidak berlebihan mengingat dari puluhan gedung di Jakarta Timur
yang terbakar pada kerusuhan Mei dua setengah tahun lalu, baru ada dua yang
kini sudah kembali beroperasi, kendati skalanya menjadi lebih kecil. Keduanya
adalah Pasar Swalayan Tomang Tol dan Hero Kalimalang.
Sedangkan
puluhan bangunan lain di sepanjang Kalimalang sampai saat ini masih dibiarkan
saja oleh pemiliknya. Demikian juga Pertokoan Artomoro, Terminal Arto di
Pegambiran Rawamangun, pertokoan Pulo Mas, dan Hero Pondok Kopi, serta sejumlah
gedung pertokoan lainnya.
Hero
Kalimalang, misalnya, walaupun sudah beberapa bulan dioperasikan tetapi belum
dapat menggairahkan pertumbuhan sektor informal di sekitarnya seperti pada masa
sebelum kerusuhan.
Maka,
wajar kalau Mal Citra yang menempati lokasi bekas Central Klender Plaza itu
menjadi tumpuan harapan Andi Mappaganti, untuk menggairahkan kondisi
perekonomian di sana. Setidaknya, para penyewa yang akan menempati lima lantai
dengan luas bangunan 21.500 meter persegi itu kini sudah menyerap 1.500 orang
tenaga kerja, 700 orang di antaranya direkrut dari warga sekitar, keluarga
korban kerusuhan, dan para penganggur dari daerah tawuran Matraman.
Itu
baru tenagal formal seperti pelayan toko atau sales promotion girl/boy, petugas
satuan pengaman, juru parkir, staf administrasi, dan pegawai-pegawai formal
lainnya. "Cukup banyak pedaegang kecil yang akan bisa dipacu dan diberi
ruang oleh kehadiran pertokoan ini," kata Richard Santoso dari PT Ramayana
Lestari Sentosa yang akan menjadi menempati tiga lantai seluas 8.747 meter
persegi di Mal Citra.
Richard
menyebutkan, ia berkeliling ke kampung-kampung di sekitar Mal Citra untuk
memahami trauma masyarakatnya. Ia melihat, ratusan keluarga yang semula
berdagang kecil-kecilan untuk para sopir bajaj, pengojek, dan pelayan toko,
kini pas-pasan. Mereka berharap beroperasinya Mal Citra akan memberikan
"napas baru". Richard memperkirakan lebih 500 orang akan tertampung
di sektor informal yang melengkapi kawasan pusat pertokoan itu. (msh)
Sumber:
Harian KOMPAS, 27 November 2000, dengan catat perubahan