Pada suatu siang hari di hari Sabtu, Edward dan teman-temannya mengajak
Kevin bermain basket di lapangan basket. Kevin bermalas-malasan. Tapi ia
dipaksa bermain basket. Akhirnya Kevin mengangguk dan ikut teman-temannya.
Edward: Kevin,
ayo main yuk!
Kevin: Nggak,
Ward. Gua gak mau main. Gua takut. Nanti, gua digangguin Daniel.
Edward: Gak usah
khawatir. Kan ada gua. Ayo main yuk!
Maulana: Iya,
Vin. Ayo gak usah malu. Kan ada gua. Main yuk!
Kevin: Oke, deh.
Gua mau dong.
Edward: Nah,
gitu dong! Namanya teman gua gitu lho.
Sesampai di lapangan basket, Edward dan teman-temannya langsung terkejut
melihat Daniel dan Aditya juga berada di lapangan basket itu. Daniel sinis dan
mengejek Edward cs. Maulana pun tak terima Daniel menghina Edward cs.
Daniel: Eh, mau
main basket atau ngajak berantem? Lain kali kalo main basket jangan di sini.
Emangnya tempat ini tempat orang berantem.
Maulana: Jangan
marahi teman gua dong! Gua gak suka lu ngehina temen gua.
Daniel: Diam,
lu! Dasar anak kampung!
Maulana: Enak
aja, lu bilang anak kampung! Iya, gua emang anak kampung. Bokap gua sopir
keluarganya Edward.
Daniel: Dasar
anak kampung yang gak tau malu! Tetep aja anak kampung!
Iqbal: Daniel,
lu gak usah menghina kami! Lu cuma anak durhaka!
Daniel: Anak
durhaka? Siapa yang bilang saya anaka durhaka. Iya, saya emang anak durhaka!
Iya, dasar anak seorang pelakor!
Edward: Enak
aja, lo! Gua bukan anak pelakor apa kek? Itu urusan gua! Ini wilayah kami! Lu
jangan pernah masuk ke wilayah kami.
Daniel: Saya
males ama kamu ama si gendut itu.
Edward: Kenapa
dia bawa nama gua?
Daniel: Terus
terang, saya berurusan dengan kalian. Moga-moga kalian masuk penjara atas
pencemaran nama baik. Mana buktinya? Mana?
Edward: Gua gak
punya bukti, kek. Itu urusan kami!
Kevin: Udah,
Edward! Tenang, lu! Tenang!
Daniel pun marah dan memaki-maki Edward cs. Dan mengancam mengusirnya.
Edward naik pitam dan balik serang Daniel. Hal ini terjadinya pertengkaran
Daniel dan Edward cs. Maulana yang melerai pertikaian Edward dan Daniel.
Daniel: Bagus
ya? Rupanya begitu! Gara-gara orang tua saya cerai, kalian seenaknya bermain
basket di sini. Kalian tidak tahu malu, pergi kalian! Nih untuk uang kalian
masing-masing! Dan, untuk bayar ongkos taksi pulang ke rumah masing-masing!
Dasar kalian emang sialan! Kalian emang anak setan! Kalian gak punya hati
nurani! Kalian emang kurang ajar!
Edward: Lu yang
kurang ajar! Nggak tahu malu!
Daniel: Dasar
anak setan! Bangsat! Persetan, kamu!
Edward: Lu yang
setan!
Maulana: Sudah!
Sudah!
Daniel: Nggak
tahu... Nggak tahu diri, kamu!
Edward: Sudah!
Sudah! Gua udah muak ama lo, Daniel! Ingat, Niel! Gak usah ngejelekkin gua.
Emang gua ini lemah. Gua tuh orang yang paling kuat. Nggak seperti lu. Lu
preman. Gua nggak.
Daniel: Puas,
gak! Puas! Ini semua gara-gara kalian yang ngehina gua! Gua gak terima
pembalasan lu!